Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

● online 6282177400100

● online
- Carita Keprabon Luk 11 Majapahit....
- Pedang Kuno Golok Sabet Pamor Mrambut Tangguh Mata....
- Tombak Biring Jaler Tongkat Komando Mataram Sultan....
- Keris Pulanggeni Luk 5 Keleng Hurap Malela Kendaga....
- Tempat Perhiasan Motif Segi Enam Kayu Jati....
- Dhapur Keris Pasopati....
- Keris Sengkelat Luk 13 TUS....
- Pendok Selongsong Warangka Keris Kelas Premium Mod....
Jangkung Pacar Pamor Tambal Lima Tangguh Pajang Mataram
Rp 15.500.000Kode | TAG125 |
Stok | Tersedia (1) |
Kategori | Dhapur Jangkung, Dhapur Jangkung Pacar, Katalog Produk, Keris, Keris Luk 3, Keris Sepuh, Pamor Tambal, Tangguh Pajang |
Jenis | : Keris Luk 3 |
Dhapur | : Jangkung Pacar |
Pamor | : Tambal Lima |
Tangguh | : Pajang era Mataram |
Warangka | : Gayaman Surakarta Kayu Timoho |
Hulu/Deder | : Yudawinatan Kayu Kemuning Bang |
Pendok | : Blewah Bahan Tembaga |
Mendak | : Kendit Bahan Kuningan |
Jangkung Pacar Pamor Tambal Lima Tangguh Pajang Mataram
Jangkung Pacar Pamor Tambal Lima Tangguh Pajang Mataram
Filosofi Jangkung Pacar
Jangkung panganggenya, kudu jinangkung dèn-eling… Dhapur Jangkung mengandung arti agar dalam hidupnya manusia untuk selalu “eling” memohon dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Esa dengan sumarah, sumeleh serta mituhu” agar hidupnya jinangkung-jinampangan (dilindungi dan diberkati oleh Yang Maha Kuasa).
Sumarah berarti berserah atau pasrah dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena kita mengetahui betapa Maha Kuasa-Nya Allah sekaligus memahami betapa tidak berharga dan tidak berdayanya kita manusia di hadapan Allah. Bahwa DIA lah yang mengatur segala sesuatunya dan akan memberikan yang terbaik dalam kehidupan kita. Di saat kita menghadapi cobaan hidup maka kita bekeyakinan bahwa Allah telah punya rancangan-Nya sendiri bagi kita.
Sumeleh bukan berarti menyerah. Manusia sebagai hamba hanyalah bisa berusaha dan apapun hasilnya tergantung ridho-Nya. Maka dengan sumeleh manusia di harapkan tak mudah putus asa dan teguh dalam usahanya, termasuk ikhlas menerima yang tidak dikehendaki atau tidak kita harapkan terjadi.
Mituhu : artinya patuh dan menurut nasehat orang tua, karena orang tua adalah salah satu jalan yang membuat seorang manusia bisa sukses. Menjadi langkah awal menuju sebuah kesuksesan yang luar biasa.
Pacar sendiri adalah daun yang biasa dipakai untuk menghias kuku, juga pada jaman dahulu digunakan untuk mewarnai kayu, warnanya merah darah. Daun pacar memiliki sifat magis dan melambangkan kesucian. Hal yang disucikan adalah berkenaan dengan raga, penyucian jiwa yang berkenaan dengan niat (artinya memberikan petuah kepada anak agar memperbaiki niatnya dalam menyongsong kehidupannya di masa mendatang) dan menyucikan tekad (artinya bercita-cita atau bersungguh-sungguh untuk menjaga hidup yang benar).
Tak heran pada jaman dahulu kala, seorang anak yang sudah beranjak dewasa dan siap memilih jodoh dan menentukan jalan hidupnyanya sendiri dibekali oleh ayahnya dengan sebuah keris berdapur Jangkung Pacar – karena menjadi sebuah hal yang penting dalam tradisi Jawa untuk mengawali pernikahan. Hal ini dianggap karena sebuah pernikahan memiliki kedudukan tinggi bagi perjalanan hidup seseorang. Hal ini berkenaan dengan makna yang juga terkandung dalam agama bahwa salah satu prosesi pernikahan adalah proses penyempurnaan agama bagi setiap orang (baik laki-laki maupun perempuan). Dimana ibadah orang yang menikah dianggap lebih tinggi derajatnya ketimbang yang belum menikah. Inilah makna filosofi dari tradisi yang mengandung nilai-nilai yang begitu kental dengan ajaran agama. Maka tradisi yang demikian adalah baik untuk dijaga dan dilestarikan.
Keris berdapur luk tiga Jangkung dipercaya mempunyai tuah atau melambangkan dorongan semangat untuk mencapai cita-cita : “sae kagem ingkang kagungan gegayuhan – Kajangkung Gegayuhaning Manah”. Konon pula pada masa mudanya Sultan Agung mempunyai keris andalan Jangkung Manglar Monga, keris luk tiga dimana pada bagian bawah terdapat gambaran burung garuda dengan sayap mengepak. Adapun keris Jangkung Manglar Monga ini mengandung makna akan harapan dan cita-cita melanglang jagad dengan menjadikan budaya Jawa sebagai budaya yang tinggi.
Pamor Tambal
Sesuai dengan namanya dibuat dengan cara ditambal di bilah, bentuknya mirip dengan goresan kuas besar pada sebuah bidang lukisan. Walau seringkali posisi/jaraknya tidak merata/sama namun tetap indah dipandang. Pamor tambal tergolong pamor rekan yang sengaja dirancang oleh sang Empu.
Bagi sebagian pecinta keris, pamor tambal dipercaya sebagai pamor pemilih, artinya tidak semua orang cocok untuk memilikinya. Namun bagi mereka yang cocok, pamor ini mempunyai tuah yang konon baik untuk kemajuan karir, serta memudahkan pemiliknya mencapai derajad dan kedudukan sosial yang tinggi di dalam masyarakat (junjung derajad).
Sacara filosofi dan spiritual, pamor tambal dibuat sebagai doa/harapan agar setiap kelemahan dan kekurangan kita akan ditambal dan ditutupi-Nya, sebagai pemilik kuas Sang Pelukis Kehidupan. Pamor Tambal dapat juga mengandung arti akan adanya sebuah “ikhtiar” untuk mewujudkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Sebuah perlambang bahwa kita manusia sadar sebagai hamba yang penuh ketidaksempurnaan. Dalam kerendahan hati memohon agar setiap celah kelemahan dan kekurangan kita akan ditambal oleh Sang Penata Kehidupan dan berharap segala sesuatunya ditutup sesuai rancangan-Nya.
Filosofi Pamor Tambal Lima
Dalam budaya Jawa angka lima melambangkan kesempurnaan hidup manusia, baik secara fisik/lahiriah maupun tingkat spiritual/agama. Anugerah pertama dan terbesar dalam hidup adalah ketika Sang Pencipta memberikan kelengkapan panca indera. Manusia yang sempurna secara fisik/lahiriah adalah mereka yang terlahir tanpa ada kekurangan dalam salah satu panca inderanya, yang diikuti pula tanda fisik lainnya yakni memiliki lima jari tangan dan lima jari kaki. Selanjutnya Tuhan selalu mengingatkan bahwa manusia harus selalu bersyukur dan meminta ampun atas segala dosa dilakukannya di dunia dengan menjalani syariat Agama, yang misal dalam Islam berjumlah lima hal pokok, rukun islam serta sholat lima waktu.
Maka bagi orang Jawa, angka lima adalah pokok menuju kesempurnaan. Oleh karena itu pula, orang Jawa memiliki lima jenis hari (bukan tujuh yang seperti kita anut) yaitu pon, wage, kliwon, legi, dan pahing. Tidak hanya dijadikan sebagai jumlah hari, masyarakat Jawa menilai lelaki sempurna lahir batin baru akan dianggap sebagai seorang “satria” ketika sudah mencapai astobroto atau memiliki lima hal yang melengkapi hidupnya. Lima hal itu ialah: Griya (rumah), Wanita (isteri), Turangga (kuda), Kukila (burung), dan Curiga (keris).
Kesultanan Pajang di Era Mataram: Jembatan Peralihan Kekuasaan
Kesultanan Pajang adalah kerajaan Islam yang berperan sebagai penghubung antara Kesultanan Demak dan Mataram Islam. Meski masa pemerintahannya tidak berlangsung lama, Pajang memiliki peran penting dalam sejarah politik dan budaya Jawa, terutama sebagai jembatan transisi menuju kejayaan Mataram Islam.
1. Awal Mula Kesultanan Pajang
Kesultanan Pajang berdiri setelah runtuhnya Kesultanan Demak pada pertengahan abad ke-16. Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir), menantu Sultan Trenggana dari Demak, memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang dan mendirikan kerajaan baru pada sekitar tahun 1568. Pajang berkembang pesat sebagai pusat politik dan ekonomi di pedalaman Jawa, berbeda dari Demak yang berbasis maritim.
Namun, seiring waktu, Pajang menghadapi tantangan dari wilayah-wilayah lain, terutama dari Mataram, yang saat itu masih berada di bawah kekuasaan Ki Ageng Pamanahan, seorang bangsawan yang setia kepada Pajang.
2. Konflik Pajang dan Mataram
Setelah wafatnya Sultan Hadiwijaya, terjadi perebutan kekuasaan di Pajang. Arya Pangiri dari Demak sempat naik takhta, tetapi kepemimpinannya dianggap kurang kuat. Pada saat yang sama, Sutawijaya (anak angkat Hadiwijaya), yang memimpin Mataram, mulai menunjukkan ambisi besar untuk menggantikan Pajang sebagai kekuatan utama di Jawa.
Pada akhir abad ke-16, Sutawijaya, yang kemudian dikenal sebagai Panembahan Senopati, berhasil mengalahkan Pajang dan mengukuhkan Mataram sebagai penerus utama kekuasaan di Jawa. Dengan jatuhnya Pajang ke tangan Mataram, pusat politik pun berpindah ke Kotagede, menandai dimulainya era Kesultanan Mataram Islam.
3. Warisan Kesultanan Pajang di Era Mataram
Meskipun Pajang tidak bertahan lama, pengaruhnya tetap terasa dalam pemerintahan Mataram, terutama dalam aspek budaya dan struktur politik:
- Struktur Pemerintahan
Pajang mewariskan sistem pemerintahan berbasis aristokrasi Jawa, yang kemudian dikembangkan oleh Mataram. Sistem ini memperkuat peran para bangsawan dan bupati dalam struktur kerajaan.
- Tradisi Islam Kejawen
Islam yang berkembang di Pajang memiliki nuansa mistik dan selaras dengan budaya Jawa. Tradisi ini diteruskan oleh Mataram, yang mengombinasikan ajaran Islam dengan nilai-nilai spiritual dan budaya lokal.
- Legitimasi Kekuasaan
Para raja Mataram mengklaim garis keturunan dari Pajang untuk memperkuat legitimasi mereka. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Pajang tidak lagi eksis sebagai kerajaan, warisannya tetap hidup dalam narasi politik Mataram.
Kesultanan Pajang memainkan peran penting dalam transisi dari Kesultanan Demak ke Mataram Islam. Sebagai penghubung antara dua era kekuasaan, Pajang tidak hanya menjadi saksi perubahan politik, tetapi juga turut membentuk struktur budaya dan pemerintahan yang diwarisi oleh Mataram.
Dengan jatuhnya Pajang, Mataram muncul sebagai kekuatan dominan di Jawa, membuka babak baru dalam sejarah kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.
TAG125
Tags: keris jangkung, keris luk 3, Keris Pamor Tambal, Keris Tangguh Pajang Mataram
Jangkung Pacar Pamor Tambal Lima Tangguh Pajang Mataram
Berat | 1500 gram |
Kondisi | Bekas |
Dilihat | 46 kali |
Diskusi | Belum ada komentar |
Keris JST Jalak Sangu Tumpeng Pamor Beras Wutah Mataram Sepuh Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Jalak Sangu Tumpeng (JST) Pamor (motif lipatan besi) : Beras Wutah Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Mataram Abad Ke 17 Masehi Panjang Bilah : 34,1 cm Warangka : Ladrang Surakarta Kayu Timoho Kuno Handle / Gagang : Kayu kemuning… selengkapnya
Rp 2.750.000Keris Sengkelat Pamor Keleng Keris ini bernama Keris Sengkelat Pamor Keleng yang asli sepuh, berikut penjabaran spesifikasinya : Dhapur Keris : Sengkelat Pamor Keris : Keleng Tangguh Keris : Mataram Senopaten Panjang Bilah : 35,7 cm Kode Produk : KAR594 Filosofi Keris Dengan Dhapur Sengkelat Keris yang satu ini berdhapur Sengkelat dengan jumlah luk 13…. selengkapnya
Rp 2.999.000Keris Pasundan Sepuh Dhapur: Tilam Upih Pamor: Pedaringan Kebak Tangguh: Pasundan Warangka: Gayaman Surakarta Kayu Timoho Hulu/Handle: Kayu Kemuning Bang Pendok: Blewah Kuningan Mamas Mendak: Bejen Kuningan
Rp 2.577.000Pusaka Keris Mahesa Teki Pamor Kulit Semangka Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Kebo Teki / Mahesa Teki Pamor (motif lipatan besi) : Ngulit Semangka Kebak ( Pamor Putih) Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Mataram Abad Ke 17 Masehi Panjang Bilah : 33 cm Warangka : Gayaman Surakarta Kayu Mangga Hutan Kuno Bawaan Bilah… selengkapnya
Rp 2.550.000Keris Jalak Ngore PB IV Pamor Segoro Muncar Meteor Prambanan Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Jalak Ngore Pamor (motif lipatan besi) : Segoro Muncar Bahan Meteor Prambanan (bahan pamor meteor prambanan memiliki ciri warna pamor yang tidak terlalu cerah dan tidak terlalu pudar, terkesan adem jika dipandang) “dibagian bawah gonjo terdapat pamor sumber mas”… selengkapnya
*Mahar Hubungi AdminKeris Pamor Bendo Segodo Kuno Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Tilam Upih Pamor (motif lipatan besi) : Bendo Segodo Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Mataram abad ke 17 Masehi Panjang Bilah : 35,1 cm Warangka : Ladrang Surakarta Gandar Iras Kayu Walikukun Kuno Handle / Gagang : Kayu Kemuning Bang Kuno Pendok : Blewah… selengkapnya
Rp 4.111.000Keris Liman Pamor Pedaringan Kebak Detail produk Keris Liman Pamor Pedaringan Kebak adalah sebagai berikut : Dhapur Keris : Liman Pamor Keris : Pedaringan Kebak Tangguh Keris : Mataram Sultan Agung Panjang Bilah : 36.3 cm Kode Produk : KAR598 Dhapur Liman Liman – Yang menjadi ciri dhapur liman adalah sor-soran-nya. Gandik-nya di ukir dengan… selengkapnya
Rp 35.555.000Pedang Kuno Suduk Maru Pamor Damaskus Beras Wutah Dhapur pedang (jenis bentuk ) : Suduk Maru Pamor (motif lipatan besi) : Beras Wutah Damaskus Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Mataram Abad Ke 16 Masehi Panjang Bilah : 46 cm Warangka : Kayu Jati Handle / Gagang : Kayu Jati Kode : PK361
Rp 1.750.000Keris Tilam Sari Tangguh Pakubuwono PB II Pamor Meteor Ngawat Nginden Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Tilam Sari Pamor (motif lipatan besi) : Kulit Semangka Nginden Ngawat Meteor Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Pakubuwono II Panjang Bilah : 36,1 cm Warangka : Gayaman Surakarta Gandar Iras Kayu Kemuning Kuno Handle / Gagang : Kayu… selengkapnya
Rp 5.555.000Keris Pamor Kalacakra Wengkon Isen Sepuh Dhapur: Tilam Upih Luk: Lurus Pamor: Wengkon Isen + Kalacakra bagian sor-soran, dan sebaliknya berpamor Rojo Gundolo Tangguh: Tuban Pajajaran Abad/Tahun: XIV Masehi Warangka: Gayaman Surakarta Kayu Trembalo Iras Hulu: Yudawinatan Kayu Kemuning Bang Mendak: Widengan Kuningan Pendok: Blewah Mamas Kuningan Panjang Bilah: 34 cm
Rp 3.111.000
Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.