Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Admin PusakaKeris.com
● online
Admin PusakaKeris.com
● online
Halo, perkenalkan saya Admin PusakaKeris.com
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Buka jam 08.00 s/d jam 23.00
Beranda » Dhapur Parungsari » Keris Parungsari Pamor Meteorit Mataram Senopaten
click image to preview activate zoom

Keris Parungsari Pamor Meteorit Mataram Senopaten

Rp 5.000.000
KodeKAR809
Stok Habis
Kategori Dhapur Parungsari, Katalog Produk, Keris, Keris Luk 13, Keris Sepuh, Pamor Beras Wutah, Tangguh Mataram Senopaten, TOSAN AJI 1
Jenis : Keris Luk 13
Dhapur Parungsari
Pamor Wos Wutah
Tangguh Mataram Senopaten
Abad / Tahun : XV
Warangka : Ladrang Surakarta
Bahan Warangka : Kayu Sono Keling
Pendok : Blewah Kuningan Ukir Cukid
Mendak : Kendit Kuningan
Panjang Bilah : 36 cm
Tentukan pilihan yang tersedia!
OUT OF STOCK
Maaf, produk ini tidak tersedia.
Bagikan ke

Keris Parungsari Pamor Meteorit Mataram Senopaten

Keris Parungsari Pamor Meteorit Mataram Senopaten

Keris Parungsari Pamor Meteorit Mataram Senopaten merupakan salah satu dari ratusan koleksi pusaka keris kami. Keris ini termasuk dalam golongan jenis keris luk 13. Jika dilihat dari bentuk dan ricikannya, keris ini berdhapur Parungsari. Untuk pamor yang tergurat di bilahnya adalah pamor Wos Wutah Akhodiyat Meteorit . Warangka memakai model Ladrang Surakarta dari bahan kayu Sono Keling. Nampak sangat pas dan serasi dengan bilahnya yang layak untuk menjadi koleksi anda. Untuk perkiraan masa pembuatannya keris ini dibuat di era Mataram Senopaten sekitar abad ke-15 Masehi. Tentu saja keris ini tergolong dalam keris sepuh dengan usianya sudah ratusan tahun.

Filosofi Parungsari

Parungsari adalah salah satu bentuk dhapur keris berluk tiga belas. Ukuran Panjang bilahnya sedang. Keris ini memakai kembang kacang; ada yang memakai jenggot ada yang tidak, lambe gajahnya dua, sraweyan, sogokan rangkap, pejetan dan greneng. Sekilas mirip dengan dhapur Sengkelat, perbedaan diantara keduanya hanyalah; Keris dhapur Parungsari mempunyai dua (2) lambe gajah, sedangkan dhapur Sengkelat hanya satu (1). Menurut literatur dhapur ini diciptakan pada masa pemerintahan Prabu Banjaransekar dari Pajajaran sekitar tahun jawa 1170 an.

Filosofi yang terkandung dalam dhapur keris Parungsari adalah tetap sederhana dalam segala kehebatan yang dimilikinya. Parungsari menggambarkan keindahan, kerupawanan, namun tetap sederhana. Baik dimiliki oleh pemimpin yang rendah hati.

Tangguh Mataram Senopaten

TANGGUH MAJAPAHIT PERALIHAN SENOPATEN, | ing Mataram Senapati winarni | sikutan prigêl srêng bagus | wêsi biru sêmunya | garing alus pamor pandhês tancêpipun | angawat kêncêng tur kêras | tan ana kang nguciwani || Serat Centhini

Dalam Serat Centhini ditulis Tangguh Mataram Senopaten mempunyai bentuk pasikutan yang prigel bagus, besi semu biru, kering halus, pamornya menancap pandes, ngawat kencang, keras, tidak ada yang mengecewakan. Pada umumnya keris-keris Senopaten masih membawa karakter bentuk dan bahan dari keris-keris Majapahit, hal ini dikarenakan empu-empu pada masa Panembahan Senopati merupakan empu Majapahit dan atau keturunannya. Salah satu empu Majapahit yang mengabdi hingga masa Panembahan Senopati adalah Empu Supo Anom atau lebih dikenal dengan mana Empu Kinom.

Dalam Buku Pakem Pusaka Duwung, Sabet Tombak peninggalan R.Ng Ronggowarsito yang ditulis ulang R.Ng Hartokretarto (1964) mencatat dua hal :

Kyahinom Mataram, gandjane sebit luntar radi gilig, gandik sedengan radi landung, kembang kacang ageng gabog, tikel alise pedjetan sogokan djero landung wijare sedengan, siwilah radi kandel, dedeg sedengan, wesine alus nglumer bludru garinge sedengan, pamore alus semi nyalaka, pantek gandja djene.

Yasanipun Kandjeng Panembahan Senopati Ing Ngalaga Mantaram gandjane sebit lontar, gandik ageng sebog memel, kembang katjang ageng gabog, tikel alise pedjetan sogokan sami wiyar djero landung. Siwilah kandel dedeg sedengan, luk-lukane radi keker, wesine alus nglugut garing sanget, pamorane radi alus sami njalaka

Atau secara umum digambarkan tangguh Senopati mempunyai perawakan sedang, wilah agak tebal dengan luk agak kekar. Bagian gandiknya sedang agak panjang dengan sekar kacang besar. Bagian tikel alis, pejetan dan sogokan dibuat dalam, lebar dan berjurai panjang. Besinya halus agak kering, dan pamornya juga putih terang dan halus.

Pamor Meteorit

Meteorit tidak menjadi keseluruhan bahan pembuatan bilah keris. Meteorit hanya menjadi bahan pamor dari bilah keris.

Pamor sendiri adalah hasil penyatuan atau pemaduan antara besi dengan logam meteorit. Secara etimologis, ‘pamor’ berasal dari kata ‘amor’ dalam bahasa Jawa yang berarti menyatu, berpadu. Pamor inilah yang berasal dari meteorit. Demikian menurut buku ‘Keris dalam Perspektif Keilmuan’ terbitan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, tahun 2011.

Meteorit dicampur dengan besi nonmeteorit dalam keadaan panas, kemudian ditempa sedemikian rupa sehingga menimbulkan corak unik pada bilah keris. Pamor ini menjadi unsur dekoratif dalam keris.

Antara besi dan meteorit dilipat-lipat (dalam keadaan panas) sehingga muncul gambar yang abstrak. Untuk itu keris satu dan lainnya nggak bisa sama hasil corak pamornya. Logam meteorit lebih keras ketimbang besi atau baja biasa. Butuh panas ekstra dan keahlian khusus untuk melunakkannya.

Dalam karya cipta budaya berupa keris ada sesuatu yang esensial. Keris mencerminkan tentang makna simbolik bersatunya hamba dengan Tuhan yang diwujudkan sebagai satu simbolik perkawinan kosmik antara sesuatu yang dari langit (meteorit) dan sesuatu dari perut bumi yang kemudian disatukan yang melahirkan sebuah keris.

Kemudian dari struktur bentuknya, keris adalah visualisasi dari bentuk lingga dan yoni, atau laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu dalam keris ada bilah keris dan warangka (sarung).

Apakah ada riset-riset yang berkaitan dengan pembuktian bahwa batu meteorit itu benar-benar jatuh dari langit? Bagaimana cara mendeteksi bahwa batu-batu itu benar meteorit?

Bahwa masyarakat perkerisan atau khususnya para empu, di zaman dahulu sudah mempunyai metode khusus untuk mendeteksi benda-benda luar angkasa. Metode itu adalah dengan menggunakan kemampuan indera pada manusia. Para empu biasanya menggunakan indera untuk mendeteksi sebuah batu meteorit, seperti penglihatan, perabaan, penciuman, suara yang dihasilkan, berat jenisnya. Caranya dengan membakar, dan lain-lain.

Bahwa pengelolaan-pengelolaan meteorit dengan cara penggunaan indera ini sebenarnya sudah ditemui di naskah-naskah kuno.

Misalnya di naskah era zaman Majapahit dan era awal zaman Majapahit, yang menjelaskan bahwa kemampuan nenek moyang (empu) untuk mendeteksi dan melebur batu meteorit.

Keris-keris yang menggunakan unsur batu meteorit banyak dijumpai cukup banyak di era zaman Majapahit sekitar abad 13 sampai 15 Masehi. Diperkirakan ada ribuan keris yang menggunakan batu meteorit.

Sebenarnya tujuan penggunaan batu meteorit pada dunia perkerisan ada dua sisi esensialnya. Pertama dari sisi keindahan estetikanya yang berguna untuk membentuk motif-motif pamor (guratan-guratan) pada bilah keris. Kedua dari sisi spiritualnya, yaitu makna simbolik dari pamor (guratan-guratan pada bilah keris).

KAR809

Tags:

Keris Parungsari Pamor Meteorit Mataram Senopaten

Berat 1500 gram
Kondisi Bekas
Dilihat 151 kali
Diskusi Belum ada komentar

Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Produk Terkait

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
WhatsApp WhatsApp us