Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami
● online 6282177400100
● online
- Keris Sinom Damar Murub Urubing Dilah....
- Dhapur Keris Kala Dete....
- Keris Tangguh Tuban Empu Bekel Jati Kuno....
- Keris Sengkelat Mangkubumen Pamor Mrutu Sewu....
- Parungsari Amangkurat Ricikan Lengkap....
- Keris Dholog Pamor Pedaringan Kebak Meteorit....
- Jual Mendak Keris Silih Asih Kendit Solo....
- Keris Jalak Sangu Tumpeng Mataram....
Tombak Korowelang Kuno Pamor Pedaringan Kebak Meteorit
Rp 2.888.000Kode | PK446 |
Stok | Habis |
Kategori | Dhapur Korowelang, Katalog Produk, Pamor Pedaringan Kebak, Tangguh Mataram Sultan Agung, Tombak, TOSAN AJI 3 |
Tombak Korowelang Kuno Pamor Pedaringan Kebak Meteorit
Tombak Korowelang Kuno Pamor Pedaringan Kebak Meteorit
- Dhapur Keris (jenis bentuk tombak) : Korowelang
- Pamor (motif lipatan besi) : Pedaringan Kebak Meteorit
- Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Mataram Sultan Agung
- Panjang total tombak : 45 cm
- Warangka : Kayu Cendana Jawa
- Handle / Gagang/ Landeyan : Kayu Jati Ukir 50 cm
- Kode : PK446
Filosofi Tombak Korowelang / Kara Welang
Dalam kisah pewayangan Tombak Kara Welang merupakan tombak pusaka milik Prabu Pandu Dewanata yang kemudian diwariskan kepada anak sulungnya atau saudara tertua Pandhawa, yakni Puntadewa. Selain tombak Kara Welang, Puntadewa juga mempunyai pusaka lain yakni berupa Jimat Kalimasada dan Songsong Tunggul Naga.
Dikisahkan pula bagaimana terciptanya ketiga pusaka mustikaning satriya ini yang dikehendaki untuk “dipinjam” Semar dalam hajadnya membangun kahyangan kembali. Pada saat itu Kahyangan Suralaya sedang diserang musuh dari Kerajaan Nusarukmi, dipimpin Prabu Kalimantara akibat lamarannya kepada Batari Gagarmayang sebagai permaisuri ditolak oleh Batara Indra. Merasa tersinggung, Prabu Kalimantara dan saudara-saudaranya lalu mengamuk menyerang para dewa. Menurut petunjuk dari Batara Guru di Kahyangan Jonggringsalaka, Prabu Kalimantara hanya bisa dikalahkan oleh Resi Manumanasa dengan menggunakan bayi berbungkus yang baru saja dilahirkan dan ditinggal mati oleh ibunya, Dewi Retnawati. Setelah dalam pertempuran sebelumnya, Batara Indra dan para dewa tidak mampu mengalahkan Prabu Kalimantara yang dibantu saudara-saudaranya, Patih Ardadedali, Arya Karawelang, dan Garuda Banatara. Karena setiap kali ada yang terluka atau terbunuh, akan segera bangkit kembali setelah mendapatkan kibasan sayap Garuda Banatara.
Resi Manumanasa yang baru saja berduka karena kehilangan istrinya Dewi Retnawati akibat persalinan yang tak wajar, bayi yang dilahirkannya berukuran sangat besar dan terbungkus oleh semacam selaput keras. Pada saat itulah Batara Narada turun dari kahyangan menemui Resi Manumanasa. Ia menjelaskan mengapa ukuran bayi berbungkus yang dilahirkan Dewi Retnawati itu sangat besar, dikarenakan di dalamnya berisi tiga orang bayi laki-laki. Bungkus tersebut hanya dapat dibuka jika Resi Manumanasa membantu Kahyangan Suralaya yang saat ini sedang diserang. Resi Manumanasa pun menyanggupi hal itu. Ia pun berangkat bersama Batara Narada menuju Kahyangan Suralaya.
Resi Manumanasa yang telah mendapatkan petunjuk dari Batara Narada secepat kilat melemparkan bayi berbungkusnya tepat membentur kepala Prabu Kalimantara, dan berturut-turut mengenai Patih Ardadedali, Arya Karawelang, dan Garuda Banatara. Mereka semua pun roboh kehilangan nyawa, dan secara ajaib jasad masing-masing berubah wujud menjadi pusaka. Prabu Kalimantara berubah menjadi sebuah kitab; Patih Ardadedali menjadi sebatang anak panah; Arya Karawelang menjadi sebilah tombak; dan Garuda Banatara menjadi sebuah payung.
Batara Narada lalu memberi nama kepada pusaka-pusaka yang berasal dari jasad para musuh kahyangan tadi. Prabu Kalimantara yang telah berubah menjadi kitab, diberi nama Serat Kalimasada. Namun, lembaran-lembaran kitab tersebut masih kosong tanpa tulisan. Batara Narada meramalkan kelak akan ada keturunan Resi Manumanasa bernama Resi Abyasa yang mampu menulisi kitab kosong tersebut dengan ajaran-ajaran kesempurnaan hidup. Sementara itu, anak panah yang berasal dari jasad Patih Ardadedali diberi nama Panah Ardadedali, sedangkan tombak yang tercipta dari jasad Arya Karawelang diberi nama Tombak Karawelang. Adapun Garuda Banatara yang berubah menjadi payung pusaka, diberi nama Payung Tunggulnaga. Batara Narada lalu menitipkan keempat pusaka itu kepada Batara Indra supaya disimpan dan kelak hendaknya diberikan kepada anak keturunan Resi Manumanasa. Batara Indra pun menerima dan menyanggupi permintaan tersebut.
Lalu apa maksud Semar Mbangun Kahyangan? Sesungguhnya, niat Semar adalah membangun jiwa para Pandawa. Kahyangan yang dimaksudkan oleh Semar adalah jiwa, rasa dan rohani para Pandawa. Terlebih disertai permintaan untuk membawa serta tiga buah pusaka: Jamus Kalimasada, Tombak Karawelang dan Payung Tunggulnaga.
Simbolisme dari ketiga pusaka tersebut cukup menjelaskan niat baik Semar dalam membangun jiwa kesatriya yang diasuhnya :
- Jimat Kalimasada, siji kudu dirumat atau satu yang harus dijaga, banyak dimaknakan sebagai kalimat syahadat. Dengan pusaka syahadat inilah Semar bermaksud membangun rohani.
- Tumbak Kalawelang adalah simbol ketajaman yang dengan personifikasi tersebut Semar bermaksud membangun ketajaman hati, ketajaman visi dan indera para Pandawa.
- Payung Tunggulnaga adalah ungkapan bahwa Pandawa sebagai pemimpin harus memiliki karakter mengayomi sebagaimana fungsi payung.
Intisari dari lakon ini menjadi sebuah pesan yang relevan sepanjang masa, dimana pada akhirnya penguasa/rezim yang zalim akan terkoreksi dengan sendirinya oleh rakyatnya. Kekuasaan selalu memabukkan, menjadikan penguasa seringkali lalai pada amanat yang dititipkan kepadanya. Untuk itu sebagai seorang pemimpin harus mau mendengarkan suara rakyat, yang kendati lirih, terkadang memuat niat kebaikan dan nilai kebenaran.
Tags: arti korowelang, kegunaan tombak korowelang luk 11, keris korowelang, pusaka tombak, tombak korowelang, tombak korowelang luk 11, tombak korowelang luk 13, tombak korowelang luk 5, tombak korowelang luk 7, tombak korowelang luk 9, tombak kuno, tombak pusaka, tombak sepuh
Tombak Korowelang Kuno Pamor Pedaringan Kebak Meteorit
Berat | 1500 gram |
Kondisi | Baru |
Dilihat | 2.831 kali |
Diskusi | Belum ada komentar |
Pedang Luwu Kabudhan Kuno Dhapur/ Nama bentuk Pedang : Pedang luwuk Pamor / Motif Lipatan Besi : keleng nglempung Tangguh : kabudhan purwacarita (era candi borobudur) Panjang bilah tajam : 44,5 cm Panjang Total Ketika Disarungkan : 60 cm Warangka : Kayu jati Handel / Gagang Pedang : Kayu jati Kode : PK189
Rp 1.500.000Pusaka Keris Pamor Toya Mambeg Sepuh Tangguh Blambangan Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Brojol Pamor (motif lipatan besi) : Toya Mambeg (pamor Miring) Pamor Gonjo : Lar Gangsir Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Blambangan Era Majapahit Panjang Bilah : 33 cm Pesi masih utuh panjang Warangka : Gayaman Surakarta Kayu Kemuning Gandar Iras Utuh… selengkapnya
Rp 7.111.000Tombak Pusaka Kyai Pleret Biring Wadon Tangguh Pajajaran Sepuh Kuno Dhapur / Bentuk : Biring Wadon (Kyai Pleret) Pamor : Kulit Semangka Tangguh : Pajajaran Awal Panjang Bilah : 30 cm Panjang Pesi : 11 cm Warangka : Kayu Kuno Original Bawaan Bilah Handle / Gagang : Kayu Jati 50 cm Kode : PK327
Rp 1.250.000Keris Sempana Luk 9 Pamor Jala Tunda Sepuh Kuno Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Sempana Luk 9 Pamor (motif lipatan besi) : Jala Tunda / Jolotundo Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Pajajaran (Abad XIV) Panjang Bilah : 35 cm Warangka : Gayaman Surakarta Gandar Iras Kayu Mangga Hutan Kuno Handle / Hulu: Solo (Surakarta)… selengkapnya
Rp 1.750.000Pedang Sabet Damaskus Pamor Singkir Tangguh Pakubuwono PB II Original Dhapur Pedang (jenis bentuk Pedang) : Pedang Sabet Pamor (motif lipatan besi) : Singkir Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Mataram PB II (Pakubuwono Ke-2) Panjang Bilah Tajam : 53,5 cm Panjang Total Pedang Ketika Disarungkan : 67 cm Warangka : Kayu Kuno (original) Hias Kuningan… selengkapnya
Rp 3.555.000Keris Nogo Saliro Sepuh Warangka Cendana Berikut Keterangan Keris Nogo Saliro Sepuh Warangka Cendana: Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Nogo Saliro Pamor (motif lipatan besi) : Wos Wutah Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Tuban Mataram Panjang Bilah : 34 cm Warangka : Gayaman Surakarta Kayu Cendana Handle / Gagang : Surakarta Kayu Cendana Pendok… selengkapnya
*Mahar Hubungi AdminISTIMEWA!! Keris Sengkelat HB 3 Pamor Akhodiyat Meteor Prambanan Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Sangkelat Pamor (motif lipatan besi) : Kulit Semangka Akhodiyat Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : HB III (Hamengkubuwono Ke 3) Panjang Bilah : 35 cm Warangka : Branggah Jogjakarta Kayu Timoho Kuno Handle / Gagang : Kayu Timoho Kuno Pendok :… selengkapnya
Rp 12.500.000Pusaka Keris Nogo Topo Kinatah Pamor Segoro Muncar Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Nogo Topo Lurus Pamor (motif lipatan besi) : Segoro Muncar (Kinatah Kamoragan Kuningan Disepuh Emas ) Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Kamardikan Alusan Panjang Bilah : 37 cm Warangka : Ladrang Surakarta Kayu Cemara Handle / Gagang : Kayu Sawo Pendok… selengkapnya
*Mahar Hubungi AdminKeris Tindih Sombro Putut Sajen Majapahit Keris Tindih Sombro Putut Sajen Majapahit – Keris Sajen atau Seking atau keris Majapahit adalah penamaan umum terhadap keris-keris sederhana, panjang sekitar sejengkal dan kebanyakan hulunya menyatu dengan bilahnya. Hulu keris juga terbuat dengan bahan logam sama seperti bilahnya, berupa gambaran manusia yang distilir. Keris-keris yang digolongkan sajen kebanyakan… selengkapnya
Rp 1.000.000Keris Dholog Luk 5 Mataram Senopaten Pamor Wos Wutah Keris Dholog Luk 5 Mataram Senopaten Pamor Wos Wutah merupakan koleksi pusaka kami yang sudah berusia ratusan tahun. Artinya keris ini adalah keris sepuh dan memiliki nilai historis yang panjang. Keistimewaan keris ini terdapat pada originalitasnya yang merupakan keris dari peninggalan era kerajaan mataram senopaten. Dari… selengkapnya
Rp 3.450.000
Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.