Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami
● online 6282177400100
● online
- Keris Sabuk Inten Luk 11 Tangguh Hamengkubuwono HB
- Pusaka Keris Santan Luk 11 Pamor Kenanga Ginubah T
- Keris Sengkelat Kinatah Panji Wilis
- Filosofi Keris
- Jual Jagrak Keris Isi 3 Kayu Jati Ukiran Nogososro
- Pusaka Tombak Cacing Kanil Majapahit Sepuh Kuno
- Keris Sengkelat Pamor Rojo Abolo Rojo Sepuh Kuno
- Keris Betok Sombro Pamengkang Jagad Pamor Setro Ba
Keris Pusaka Tilam Upih TUS
Rp 4.000.000| Kode | P226 |
| Stok | Tersedia (1) |
| Kategori | Dhapur Tilam Upih, Katalog Produk, Keris, Keris Lurus, Pamor Beras Wutah, Tangguh Tuban |
| Jenis | : Keris Lurus |
| Dhapur | : Tilam Upih |
| Pamor | : Wos Wutah |
| Tangguh | : Tuban |
| Warangka | : Ladrang Surakarta, Kayu Trembalo Iras |
| Deder/Handle | : Yudawinatan, Kayu Sono |
| Pendok | : Blewah, Bahan Mamas |
| Mendak | : Kendhit, Bahan Kuningan |
Keris Pusaka Tilam Upih TUS
Keris Pusaka Tilam Upih TUS
Dalam khazanah tosan aji Nusantara, Tilam Upih dikenal sebagai dhapur keris lurus yang merepresentasikan kesederhanaan dan keseimbangan hidup. Kata tilam dimaknai sebagai alas kehidupan, sementara upih—pelepah atau pembungkus—melambangkan kecukupan yang bersahaja. Dari pertemuan makna ini, Tilam Upih dipahami sebagai simbol fondasi laku yang menenangkan: hidup yang tertata, tidak berlebih, namun senantiasa tercukupi, baik lahir maupun batin.
Sebutan TUS, singkatan dari Tangguh, Sepuh, dan Utuh, menegaskan kualitas pusaka ini secara menyeluruh. Tangguh menunjukkan kejelasan zaman dan karakter garapnya, sepuh menandakan kematangan usia serta aura laku yang telah teruji waktu, sementara utuh mencerminkan kondisi pusaka yang lengkap dan terjaga tanpa rekayasa. Ketiga aspek ini menjadikan Keris Tilam Upih TUS bukan sekadar artefak lama, melainkan pusaka bernilai tinggi—layak dijadikan pegangan laku, sekaligus warisan bermakna lintas generasi.
Tilam Upih
Tilam Upih adalah nama dhapur keris lurus yang dikenal sederhana dan lugas. Gandiknya polos, dengan ricikan yang terbatas pada tikel alis dan pejetan, tanpa ornamen berlebihan. Di beberapa daerah, dhapur ini juga dikenal dengan sebutan Tilam Petak atau Tilam Putih. Di lingkungan Keraton Yogyakarta sendiri tercatat setidaknya tiga keris pusaka yang berdhapur Tilam Upih, yakni Kanjeng Kyai Pulanggeni, Kanjeng Kyai Sirap, dan Kanjeng Kyai Sri Sadono.
Terdapat kecenderungan kuat bahwa keris-keris berdhapur Tilam Upih dan Brojol merupakan jenis keris lurus yang relatif paling mudah ditemukan dan paling luas penyebarannya di masyarakat. Kesederhanaan ricikannya menjadikan dhapur ini populer dan mudah diterima, karena tidak terkesan rumit atau “neko-neko”. Selain itu, dari sisi perwujudan, dhapur semacam ini juga lebih efisien untuk dibuat dibandingkan bentuk-bentuk keris lain yang lebih kompleks.
Secara simbolik, Keris Tilam Upih melambangkan harapan akan kehidupan yang berkecukupan, tenteram, dan bersahaja. Tidak mengherankan bila keris ini kerap dijadikan keris keluarga yang diwariskan turun-temurun kepada anak-cucu. Dalam tradisi tutur, Tilam Upih bahkan sering disebut sebagai “Ibu dari semua keris” (The Mother of Kris). Konon, Sunan Kalijaga pernah berpesan kepada para pengikutnya bahwa keris pertama yang sebaiknya dimiliki seseorang adalah Keris Tilam Upih—sebagai dasar laku dan penopang kehidupan.
Pamor Wos Wutah
Pamor Wos Wutah—atau dikenal pula sebagai Beras Wutah—secara visual ditandai oleh bercak-bercak kecil berwarna terang yang tersebar di permukaan bilah, menyerupai beras yang tumpah berceceran. Dari rupa inilah pamor ini memperoleh namanya. Dalam pemaknaan simbolik, Wos Wutah melambangkan rejeki yang melimpah, keberkahan yang datang dari berbagai arah, dan kecukupan yang terus mengalir.
Namun pamor ini tidak hanya berbicara tentang kelimpahan materi. Ia juga mengandung pameling (pengingat) yang dalam, khususnya dalam kehidupan rumah tangga. Ungkapan “beras tumpah jarang kembali ke takarannya” menjadi peribahasa yang menyertai pamor ini—menggambarkan bahwa sesuatu yang telah berubah, sulit untuk kembali seperti sediakala. Pesan yang tersirat adalah kehati-hatian dalam bersikap, karena kesalahan yang terjadi sering kali meninggalkan bekas yang tidak mudah dipulihkan.
Dalam konteks kehidupan berumah tangga, pamor Wos Wutah mengajarkan pentingnya menjaga kepercayaan dan rasa hormat antara suami dan istri. Jika “beras telah terlanjur tumpah”, memulihkannya bukan hanya membutuhkan waktu, tetapi juga kesabaran dan ketulusan. Dan meskipun beras itu dapat dikumpulkan kembali, hasilnya tidak akan sama seperti semula. Di sinilah pamor Wos Wutah menjadi pengingat agar keharmonisan dijaga sebelum penyesalan datang.
Tangguh Tuban
Keris bertangguh Tuban umumnya memiliki ciri pejetan yang sempit, gandik tegak dan tidak mboto rubuh, serta bilah yang nglimpo dan cenderung agak lebar. Gonjonnya kebanyakan lurus atau wuwung (sedikit melengkung), dengan kepala gonjo berbentuk buweng (membulat), bagian perut berupa mbathok mengkurep, dan ekor nguceng mati. Keseluruhan bentuk ini memancarkan kesan tegas, lugas, dan berkarakter kuat.
Membicarakan Tuban tak bisa dilepaskan dari kisah-kisah legenda yang hidup dalam ingatan kolektif masyarakatnya, terutama figur Ronggolawe dan Brandal Lokajaya. Kisah-kisah ini begitu mengakar dan turut membentuk sistem nilai sosial dan pribadi masyarakat Tuban. Dalam perjalanan sejarah, legenda-legenda tersebut bahkan kerap dimanfaatkan oleh elite politik sebagai legitimasi moral dan simbol keberpihakan.
Versi masyarakat Tuban mengenai Ronggolawe berbeda dengan catatan sejarah resmi seperti Pararaton maupun Kidung Ranggolawe. Dalam Kidung Ranggolawe, pemberontakan Ronggolawe terjadi setelah tuntutannya agar pengangkatan Empu Nambi sebagai Patih Amangkubumi Majapahit dibatalkan tidak dikabulkan oleh Raja Kertarajasa Jayawardhana. Peristiwa yang berujung tragis ini berakhir dengan tewasnya Ronggolawe dalam duel di Sungai Tambak Beras oleh Mahisa Anabrang.
Namun bagi masyarakat Tuban, Ronggolawe bukanlah pemberontak, melainkan pahlawan keadilan. Penolakannya terhadap Empu Nambi dipandang sebagai sikap moral, karena Nambi dianggap belum cukup layak menduduki jabatan setinggi itu. Ronggolawe—putra Arya Wiraraja, Adipati Sumenep—merasa memiliki legitimasi kuat, mengingat jasanya yang besar dalam berdirinya Majapahit: membuka Hutan Tarik, mengusir pasukan Tartar, serta menumpas sisa-sisa kekuatan Jayakatwang.
Dalam pandangan masyarakat Tuban, gugurnya Ronggolawe adalah akibat konspirasi politik tingkat tinggi, yang melibatkan Mahapati sebagai aktor utama. Rangkaian peristiwa ini berlanjut pada kematian tragis Lembu Sora dan Empu Nambi sendiri. Nilai-nilai tentang keberanian, keteguhan sikap, dan keberpihakan pada keadilan inilah yang secara kultural melekat pada karakter keris tangguh Tuban—tegas, berani, dan tidak mudah berkompromi dengan ketidakbenaran.
P226
Tags: keris asli sepuh, keris tilam upih, keris tuban sepuh, keris tus
Keris Pusaka Tilam Upih TUS
| Berat | 1500 gram |
| Kondisi | Bekas |
| Dilihat | 10 kali |
| Diskusi | Belum ada komentar |
Keris Kebo Lajer Dwi Pamor Batu Lapak Kulit Semangka Sepuh TAG155
Rp 3.111.000Keris Tilam Upih Pamor Wiji Timun HB Sepuh Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Tilam Upih Pamor (motif lipatan besi) : Wiji Timun Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Mataram HB Sepuh ( Hamengkubuwono Awal, Tangguh Yogyakarta ) Panjang Bilah : 35 cm Warangka : Gayaman Yogyakarta Kayu Timoho Handle / Gagang : Kayu Kemuning Bang… selengkapnya
Rp 9.000.000Keris Sengkelat Tinatah Emas Panji Wilis Gajah Singa TAG140
Rp 70.000.000Pusaka Keris Brojol Pamor Tangkis Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Brojol Pamor (motif lipatan besi) : Tangkis 2 sisi keris beda pamor ( wengkon dan kulit semangka ) Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Tuban Mataram Abad Ke 15 Masehi Panjang Bilah :35 cm Warangka : Ladrang Surakarta Kayu Trembalo Kuno Handle / Gagang :… selengkapnya
Hubungi AdminLANGKA!! Keris Kalawijan Luk 27 Kyai Rangga Wirun Sepuh Kuno Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Kyai Rangga Wirun – Kalawijan Luk 27 (Dhapur Sangat Langka & Otentik Original Asli Sepuh) Pamor (motif lipatan besi) : Ngulit Semangka Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Mataram Sepuh (Abad XVI) Panjang Bilah : 34 cm (pesi utuh masih… selengkapnya
Rp 4.777.000Keris Pamor Wahyu Tumurun Mataram Original Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Tilam Upih Pamor (motif lipatan besi) : Wahyu Tumurun Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Mataram Abad 15 Masehi Panjang Bilah : 31 cm Warangka : Gayaman Surakarta Kayu Timoho Kuno Handle / Gagang : Solo, Kayu Timoho Kuno Pendok: Blewah Surakarta Mamas Kuno… selengkapnya
Rp 3.500.000Keris Jaran Goyang Madura Sepuh Pamor Jung Isi Dunyo Keris Jaran Goyang Madura Sepuh Pamor Jung Isi Dunyo merupakan salah satu dari ratusan koleksi pusaka keris kami. Keris ini termasuk dalam golongan jenis keris luk Tujuh. Jika dilihat dari bentuk dan ricikannya, keris ini berdhapur Jaran Goyang, salah satu dhapur yang banyak dicari dan diburu oleh… selengkapnya
Rp 3.000.000Keris Sinom HB I Sepuh Pamor Segoro Muncar Ngawat Meteorit Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Sinom Pamor (motif lipatan besi) : Segara Muncar Ngawat Merteorit (Besi istimewa milah padat slorok kehijauan) Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : HB I / Hamengkubuwono Ke 1 (Abad XVI) Panjang Bilah : 37 cm Warangka : Ladrang Surakarta Gandar… selengkapnya
Rp 4.511.000


















WhatsApp us
Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.