Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Admin PusakaKeris.com
● online
Admin PusakaKeris.com
● online
Halo, perkenalkan saya Admin PusakaKeris.com
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Buka jam 08.00 s/d jam 23.00
Beranda » Dhapur Pulanggeni » Pulanggeni Pangeran Sedayu Mpu Supo Madrangi
click image to preview activate zoom

Pulanggeni Pangeran Sedayu Mpu Supo Madrangi

Rp 3.555.000
KodeKAR540
Stok Habis
Kategori Dhapur Pulanggeni, Katalog Produk, Keris, Keris Luk 5, Keris Sepuh, Pamor Kelengan, Tangguh Sedayu, TOSAN AJI 1
  • Dhapur (jenis bentuk) : Pulanggeni
  • Pamor (motif lipatan besi) : Keleng
  • Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Sedayu Era Majapahit
  • Panjang Bilah : 31,2 cm
  • Warangka : Ladrang Surakarta Kayu Timoho Kuno
  • Handle / Deder : Kayu Kemuning Bang Kuno
  • Pendok : Blewah Mamas Surakarta Kuno
  • Mendak : Perunggu Kuno
Tentukan pilihan yang tersedia!
OUT OF STOCK
Maaf, produk ini tidak tersedia.
Bagikan ke

Pulanggeni Pangeran Sedayu Mpu Supo Madrangi

Pulanggeni Pangeran Sedayu Mpu Supo Madrangi

Keris Pulanggeni

Pulanggeni merupakan salah satu dapur keris yang populer dan banyak dikenal karena memiliki padan nama dengan pusaka Arjuna. Pulang Geni bermakna Ratus atau Dupa atau juga Kemenyan. Bahwa manusia hidup harus berusaha memiliki nama harum dengan berperilaku yang baik, suka tolong menolong dan mengisi hidupnya dengan hal-hal atau aktifitas yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Dengan berkelakuan yang baik dan selalu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak, tentu namanya akan selalu dikenang walaupun orang tersebut sudah meninggal. Oleh karena itu, Keris dapur Pulang Geni umumnya banyak dimiliki oleh para pahlawan atau pejuang.

Keris Pangeran Sedayu Mpu Supo Madrangi

Selama ini banyak dari kita tidak tahu tentang peradaban kadipaten ini baik asal usul,lokasi,luas wilayah,maupun kemunduran nya .tetapi yang jelas kadipaten sedayu pernah ada dan berdiri pada masanya di wilayah pantura jawa timur. Nama wilayah didalam daerah sedayu telah banyak tertulis di prasasti ataupun cerita cerita rakyat,prasasti yang menyebut sedayu spesifik ialah prasasti karang bogem 1367 m era Kerajaan Majapahit,pada masa Raja Brawijaya, sedayu dipimpin seorang pangeran dari majapahit yang bergelar Pangeran Sedayu ialah Mpu Supo Mandrangi karena memenangkan sayembara membawa kembali keris penting majapahit dan dihadiahi 100 jung ( 1 jung : 28.396 m2) berhak memerintah diwilayah itu.

Pada masa Kerajaan Demak bintoro setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit wilayah pesisir utara telah memeluk islam,para penyebar agama islam di wilayah sedayu ialah Sunan Drajat dan Sunan Sendang Dhuwur,begitupun saat peralihan Kerajaan Demak ke Kerajaan Pajang,Kadipaten Sedayu beserta kadipaten lainnya di jawa timur menerima setelah terjadi pertemuan penting yang telah di mediasi. Pada masa Kerajaan Mataram islam banyak para pemimpin di jawa timur tidak menyetujui atas berdirinya Kerajaan Mataram islam tak terkecuali sedayu,atas dasar inilah Raja Mataram menundukkan dan ingin menyatukan lagi bekas kekuasaan Kerajaan Pajang dulu, wilayah pemimpin di pesisir utara yang berani menentang ialah Kadipaten Surabaya dan Kadipaten Pasuruan, Kadipaten Sedayu mendukung pemimpin surabaya, ekspansi Kerajaan Mataram ke timur satu persatu berhasil menundukkan penguasanya, Kadipaten Sedayu jatuh Tahun1675 dan diangkatlah seorang penguasa/ adipati di wilayah Kadipaten Sedayu serta Kadipaten Sedayu mendapatkan jabatan strategis oleh mataram saat diperintah Raja Amangkurat untuk zona pesisir utara setelah jabatan sebelumnya dipegang Kadipaten Jepara untuk mengontrol perdagangan serta mengawasi bangsa penjajah yang mulai masuk ke Pulau Jawa.

Mpu Supo Madrangi adalah saudara kandung dari Mpu Tumenggung Supodriyo. Mpu Supodriyo adalah suami dari Dewi Rasawulan, adik Sunan Kalijaga. Ia adalah Empu (Ahli keris) kerajaan Majapahit yang hidup di sekitar abad ke 15. Karena dianggap berjasa besar bagi kerajaan, Empu Ki Supa Mandrangi kemudian dinikahkan dengan salah seorang putrinya dan diangkat menjadi pangeran, serta diberi tanah perdikan (bebas pajak, otonom) di daerah Sedayu. Maka sejak itu Ki Supa lebih dikenal sebagai Empu Pangeran Sedayu. Itu pula sebabnya, mengapa keris buatan Ki Supa hampir serupa dengan keris buatan Pangeran Sedayu.

Walaupun telah hidup mulia sebagai pangeran dan kaya raya berkat kedududkannya sebagai penguasa tanah perdikan, Pangeran Sedayu masih tetap membuat keris. Bahkan keris buatannya makin indah, makin anggun. Keris buatan Pangeran Sedayu selalu matang tempaan, besinya berwarna hitam kebiruan, nyabak, dan berkesan basah. Pamornya lumer pandes dan hampir selalu merupakan pamor tiban. Bahkan terkadang tanpa pamor sama sekali, yakni yang disebut keris kelengan. Besi keris tangguh Pangeran Sedayu ini demikian prima, tahan karat, bahkan banyak di antaranya cukup diwarangi lima tahun sekali. Secara keseluruhan penampilan keris buatan Pangeran Sedayu membawakan karakter seorang ksatria yang anggun, berwibawa, tetapi tidak galak, wingit, tetapi menyenangkan.

Pendek kata, segalanya dibuat serasi. Seluruh bagian keris termasuk ricikan-nya digarap dengan cermat, rapi, ayu, dan sempurna. Begitu rapinya keris buatan Pangeran Sedayu, sampai sampai tepi bagian sogokan-nya berkesan tajam. Oleh kebanyakan pecinta keris, buatan Pangeran Sedayu dianggap sebagai keris yang paling sempurna dari semua keris yang ada. Salah satu tanda yang mencolok dari keris buatan Empu Pangeran Sedayu adalah besinya yang selalu merupakan jenis pilihan, dan matang wasuhan.

Selain tetap berkarya sebagai empu, Pangeran Sedayu juga mendidik orang-orang di daerahnya yang berminat belajar menjadi empu. Mula-mula mereka dijadikan panjak, dan setelah mahir disuruh membuat keris sendiri. Akhirnya para panjak itu pun dapat mandiri bekerja sebagai empu. Hasil karya mereka oleh orang yang hidup masa kini disebut keris Panjak Sedayu, yang kualitasnya hampir menyamai keris buatan Pangeran Sedayu.

Pamor Keleng (Pengawak Waja)

Dari segi pamor, keris pamor keleng biasa juga disebut dengan keris pangawak waja . Dalam keris keleng ini tidak nampak pamor putih seperti halnya keris-keris lain. Keris ini jika diwarangi hanya terlihat hitam kehijauan, kebiruan atau keabu-abuan. Kadang dalam masih terlihat sedikit warna pamor sanak, akan tetapi banyak yang mengatakan warna tersebut muncul akibat dari lipatan besi. terlepas dari hal-hal tersebut, justru keris keleng ini banyak memiliki keistimewaan. Penempaan keris ini biasanya sangat matang, sehingga memiliki pesona tersendiri bagi penikmat tosan aji.

Keris keleng lebih mengutamakan kematangan tempa juga kesempurnaan garap. Garap di sini yang dimaksud adalah meliputi keindahan bentuk bilah, termasuk di dalamnya ricikan. Keris Keleng juga bisa menjadi bahasa untuk memahami tingkat kematangan Si Empu, secara lahir maupun batin. Secara lahir bisa dilihat kesanggupan Si empu dalam mengolah besi untuk menjadi matang dan presisi. Dalam penggarapan keris tersebut juga dibutuhkan kecermatan dan kedalaman batin. Kedalaman batin Empu diterjemahkan dalam pamor yang hitam polos tidak bergambar. Empu sudah menep (mengendap) dari keinginan nafsu duniawi. makna yang disampaikan harus diterjemahkan dengan kedalaman rasa yang bersahaja. Efek yang ditimbulkan dari sugesti terhadap keris keleng tersebut adalah, bahwa keris tersebut mampu menjadi tolak bala. Ada juga yang beranggapan bahwa keris keleng tersebut memiliki kekuatan secara isoteri lebih multifungsi, dibanding dengan keris yang berpamor.

Tags: , , ,

Pulanggeni Pangeran Sedayu Mpu Supo Madrangi

Berat 1500 gram
Kondisi Bekas
Dilihat 738 kali
Diskusi Belum ada komentar

Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Produk Terkait

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
WhatsApp WhatsApp us