Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Admin PusakaKeris.com
● online
Admin PusakaKeris.com
● online
Halo, perkenalkan saya Admin PusakaKeris.com
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Buka jam 08.00 s/d jam 23.00
Beranda » Dhapur Singo Barong » Keris Pusaka Singo Barong Luk 11 Tinatah Emas Mataram Sultan Agung
click image to preview activate zoom

Keris Pusaka Singo Barong Luk 11 Tinatah Emas Mataram Sultan Agung

Rp 55.000.000
KodeP224
Stok Tersedia (1)
Kategori Dhapur Singo Barong, Katalog Produk, Keris, Keris Luk 11, Pamor Beras Wutah, Tangguh Mataram Sultan Agung
Jenis : Keris Luk 11
Dhapur Singa Barong
Pamor Wos Wutah
Tangguh Mataram Sultan Agung
Warangka : Ladrang Surakarta, Kayu Timoho
Deder/Handle : Yudawinatan, Kayu Kemuning Bang
Pendok : Bunton Krawangan, Bahan Kuningan
Mendak : Kendhit, Bahan Kuningan
Tentukan pilihan yang tersedia!
Pemesanan lebih cepat! Quick Order
Bagikan ke

Keris Pusaka Singo Barong Luk 11 Tinatah Emas Mataram Sultan Agung

Keris Pusaka Singo Barong Luk 11 Tinatah Emas Mataram Sultan Agung

Dalam khazanah tosan aji Nusantara, Singo Barong menempati posisi istimewa sebagai simbol kekuasaan, keberanian, dan kewibawaan. Figur singa jantan yang ditatah pada gandhik bukan sekadar hiasan, melainkan perlambang kekuatan penjaga dan ketegasan pemimpin. Dalam wujud luk 11, keris ini mencerminkan daya gerak yang dinamis—keteguhan langkah yang disertai kebijaksanaan dalam bertindak—menjadikannya pusaka yang merepresentasikan otoritas lapangan, keberanian mengambil keputusan, serta kesiapan menghadapi tantangan.

Ketika pusaka ini berada dalam bingkai tangguh Mataram Sultan Agung, maknanya semakin dalam dan berlapis. Masa Sultan Agung dikenal sebagai puncak kematangan seni keris Jawa, ketika pusaka tidak hanya menjadi lambang elit kekuasaan, tetapi juga sarana pembentukan karakter dan kepercayaan diri bangsa. Tinatah emas pada keris Singo Barong bukan semata penanda kemewahan, melainkan simbol ganjaran, kehormatan, dan legitimasi laku—sebuah pusaka yang memadukan kekuatan lahir, kebijaksanaan batin, serta kejayaan sejarah dalam satu kesatuan makna.

Dhapur Singa Barong Luk 11

Keris Singa Barong merupakan salah satu pusaka Nusantara yang dikenal istimewa karena gandiknya diukir menyerupai singa jantan dengan simbol kejantanan yang tegas. Figur singa pada gandhik ini memiliki kemiripan dengan kilin—makhluk mitologis penjaga gerbang dalam tradisi Tiongkok—yang menunjukkan adanya jejak pengaruh budaya China dalam perkembangan seni tosan aji di Nusantara. Kehadiran motif ini bukan sekadar ornamen, melainkan simbol penjaga, kekuatan, dan kewibawaan.

Berbeda dengan Keris Nogososro yang lebih menekankan kebijaksanaan dan legitimasi kekuasaan seorang raja, Keris Singa Barong merepresentasikan ketegasan, keberanian, dan otoritas lapangan. Ia melambangkan kekuasaan yang tidak hanya dimiliki raja, tetapi juga para patih, senopati, dan panglima perang—mereka yang berada di garis depan pengambilan keputusan dan pelaksanaan kekuasaan. Karena simbolismenya yang kuat, keris ini sejak lama menjadi incaran para pecinta pusaka dan kolektor.

Secara angsar, Keris Singa Barong dipercaya mampu membentuk karakter pemiliknya menjadi pribadi yang berani, kuat, dan berwibawa, laksana singa jantan sebagai raja rimba. Kharisma pusaka ini dikenal sangat kuat; ketika daya keris telah menyatu dengan pemiliknya, ia diyakini mampu menghadirkan kewibawaan yang membuatnya disegani baik oleh kawan maupun lawan. Oleh karena itu, Keris Singa Barong tergolong pusaka langka yang tidak hanya bernilai artistik, tetapi juga simbolik dan historis.


Tangguh Mataram Sultan Agung

Masa Mataram Islam, khususnya pada pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma, sering dianggap sebagai salah satu puncak kejayaan pembuatan keris di Jawa. Pada periode ini, perkembangan keris dan tombak berlangsung pesat, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Konon, Sultan Agung mengeluarkan titah yang memperkenankan rakyat memiliki pusaka wesi aji—seperti keris, tombak, dan pedang—tanpa rasa takut pusaka tersebut akan dirampas oleh pihak keraton. Titah ini menumbuhkan rasa aman, kepercayaan kepada pemimpin, serta semangat membangun dari desa hingga pusat kerajaan.

Dalam konteks ini, keris tidak lagi sekadar simbol elit, tetapi menjadi bagian dari identitas dan kepercayaan diri masyarakat. Pada berbagai upacara dan pisowanan, rakyat berani mengenakan busana adat lengkap dengan kerisnya—baik sebagai ageman maupun pusaka tayuhan. Pada masa ini pula, Sultan Agung memberikan ganjaran pusaka kinatah emas kepada mereka yang berjasa, disesuaikan dengan kedudukan dan perannya. Prajurit hingga lurah menerima pusaka dengan motif emas tertentu, para perwira dan panewu memperoleh kinatah bergambar gajah atau singa, sementara kerabat dan patih dalem mendapatkan pusaka dengan motif yang lebih halus dan simbolis.

Zaman Mataram Sultan Agung menjadi masa yang subur bagi para empu. Mereka diberi kebebasan berkreasi sekaligus melestarikan bentuk-bentuk lama, memadukan warisan masa sebelumnya dengan ciri khas Mataram. Karena itulah, keris-keris tangguh ini sangat beragam dalam pasikutan dan garap, namun tetap memancarkan watak matang, agung, dan berwibawa—menjadikan era ini sering disebut sebagai surga para empu.


Pamor Wos Wutah

Pamor Wos Wutah, atau Beras Wutah, ditandai oleh bercak-bercak kecil berwarna terang yang tersebar di permukaan bilah, menyerupai butiran beras yang tumpah. Secara simbolik, pamor ini melambangkan rejeki yang melimpah, keberkahan yang datang dari berbagai arah, serta kecukupan yang terus mengalir dalam kehidupan.

Namun lebih dari itu, Wos Wutah juga mengandung pameling yang dalam. Peribahasa “beras tumpah jarang kembali ke takarannya” menjadi pesan moral agar manusia berhati-hati dalam bersikap, khususnya dalam kehidupan berumah tangga. Kepercayaan dan rasa hormat, jika telah rusak, tidak mudah untuk dipulihkan seperti sedia kala. Meski dapat diperbaiki, selalu ada bekas yang tertinggal.

Karena itulah, pamor Wos Wutah bukan hanya simbol kelimpahan, tetapi juga pengingat akan pentingnya menjaga keharmonisan sejak awal. Ia mengajarkan agar keberkahan hidup tidak sekadar dikumpulkan, tetapi juga dirawat dengan kesadaran, kesabaran, dan tanggung jawab.

P224

Tags: , , , , ,

Keris Pusaka Singo Barong Luk 11 Tinatah Emas Mataram Sultan Agung

Berat 1500 gram
Kondisi Bekas
Dilihat 31 kali
Diskusi Belum ada komentar

Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.

Mohon maaf, form diskusi dinonaktifkan pada produk ini.
Produk Terkait

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah:

WhatsApp WhatsApp us