Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Admin PusakaKeris.com
● online
Admin PusakaKeris.com
● online
Halo, perkenalkan saya Admin PusakaKeris.com
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Buka jam 08.00 s/d jam 23.00
Beranda » Dhapur Panji Anom » Panji Nom HB V Garap Dalem Keraton
click image to preview activate zoom

Panji Nom HB V Garap Dalem Keraton

Rp 25.555.000
KodeTAG
Stok Tersedia (1)
Kategori Dhapur Panji Anom, Katalog Produk, Keris, Keris Lurus, Keris Sepuh, Koleksi Masterpiece, Pamor Segoro Muncar, Tangguh Mataram HB (Hamengkubuwono), TOSAN AJI GROUP
Tentukan pilihan yang tersedia!
Pemesanan lebih cepat! Quick Order
Bagikan ke

Panji Nom HB V Garap Dalem Keraton

Panji Nom HB V Garap Dalem Keraton

  • Jenis : Keris Lurus
  • Dhapur : Panji Nom
  • Pamor : Segoro Muncar
  • Tangguh : HB VII (Hamengkubuwana 7)
  • Warangka : Gayaman Yogyakarta
  • Bahan Warangka : Kayu Trembalo Gandar Kuno
  • Hulu/Handle : Banaran Kayu Trembalo Kuno
  • Pendok : Bunton Bahan Perak Kuno
  • Mendak : Bejen Bahan Kuningan Sepuh Perak

Filosofi Keris Panji Nom

Keris Panji Anom atau dikenal juga sebagai Panji Nom, adalah salah satu dari sekian banyak keris pusaka yang menjadi incaran para pecinta keris. Keunikan dari dhapur Keris Panji Anom yang memiliki bentuk lurus membuatnya menjadi salah satu benda bersejarah yang sangat dicari, baik sebagai koleksi maupun sebagai warisan budaya yang dipelajari.

Dalam pandangan fisik, Keris Panji Anom memiliki ciri khas berbentuk membungkuk dengan ukuran panjang yang sedang. Permukaan bilahnya yang nggigir sapi menambah keanggunan dari keseluruhan bentuknya. Tak hanya itu, keris ini juga dihiasi dengan gandik polos, ada-ada, gusen, tikel alis, serta sogokan rangkap, sraweyan, dan greneng, menambah keindahan dan keanggunan dari sebuah keris pusaka.

Namun, lebih dari sekadar benda antik, Keris Panji Anom juga menyimpan makna filosofis yang mendalam. Kata “Panji” sendiri merupakan lambang kebesaran, melambangkan perjuangan dalam mencapai harapan. Sedangkan “Anom”, yang berarti muda, merujuk pada kesatria muda yang gigih berjuang untuk memperjuangkan kehormatan, derajat, dan martabat bangsa.

Keris Panji Anom bukan hanya sebuah senjata atau barang koleksi semata, melainkan juga sebuah simbol harapan dan doa dari sang Empu yang tertanam dalam setiap seratnya. Ia menjadi penanda akan lahirnya generasi pemuda yang memiliki jiwa kesatria, siap memperjuangkan kebenaran dan keadilan.

Sebagai sebuah pusaka perjuangan dan perjalanan hidup, Keris Panji Anom menawarkan pesan yang mendalam bagi pemiliknya. Ia mengingatkan bahwa hidup adalah sebuah perjuangan dan perjalanan panjang, di mana keberanian, ketabahan, dan kesetiaan kepada nilai-nilai luhur sangatlah penting. Bagi para pecinta esoteri keris, dhapur Panji Anom diyakini memiliki tuah yang baik untuk melangkah menghadapi kesulitan hidup, menjadikannya sebagai sahabat setia dalam mengarungi samudra kehidupan yang penuh dengan liku-liku dan tantangan.

Keris Hamengkubuwana Yogyakarta

Keris Yogyakarta telah menjadi salah satu penanda ketinggian budaya dan warisan yang memikat dalam sejarah Nusantara. Pada abad ke-18, dengan lahirnya dinasti Hamengkubuwono pada tahun 1755 sesudah Perjanjian Giyanti, muncul pula kehadiran tangguh HB (Hobo). Perjanjian ini membagi Mataram menjadi dua kerajaan kecil, dengan Yogyakarta menggunakan gelar Kasultanan dan Surakarta tetap memilih Kasunanan. Dari sini, perbedaan budaya dan tradisi kedua kerajaan pun mulai terlihat, termasuk dalam hal bentuk keris.

Pusaka-pusaka dari Keraton Yogyakarta memiliki keunikan tersendiri. Meskipun sederhana dalam bentuknya, mereka tak pernah kehilangan kesan yang memikat dan kewibawaan yang melekat. Keris-keris Yogyakarta tidak diciptakan untuk pamer atau unjuk kehebatan. Kesederhanaan yang mereka bawa tidak hanya terlihat dalam bilah dan pamornya, tetapi juga dalam seluruh penampilannya. Konsep “ngayang batin”, menekankan pada keindahan spiritual dan filosofis, menjadikan kesederhanaan sebagai sebuah keindahan yang tak ternilai.

Secara bertahap, gagrak (gaya) Yogyakarta juga mulai menunjukkan ciri khasnya sendiri. Meskipun tidak merata secara menyeluruh, evolusi ini terjadi pada setiap pemerintahan Sultan Yogyakarta I-IX, yang memberikan ciri khas tersendiri pada masing-masing era. Contohnya, Keris Yasan yang diperintahkan oleh HB I, memiliki bentuk yang mirip dengan tangguh Mataram namun dengan ukuran yang sedikit lebih besar.

Namun, perjalanan keris Yogyakarta tidak selalu lancar. Pada masa HB II, HB III, dan HB IV, situasi politik yang tidak stabil menyebabkan sedikit perhatian terhadap pembuatan keris. Kekosongan tahta dan tekanan politik kolonial dari Belanda membuat produksi keris menjadi terhenti untuk sementara waktu.

Namun, era keemasan keris Yogyakarta terjadi pada masa HB V (1828-1855) dan HB VII (1877-1921). Pada masa ini, suasana politik dan keamanan yang relatif tenang memungkinkan kerajinan keris berkembang pesat. Keris-keris pada masa ini memiliki ciri khas yang kuat, dengan hiasan yang lebih besar dan lebih tebal, serta motif pamor yang inovatif seperti Rinenteng dan Udan Mas.

Melalui perjalanan yang penuh warna ini, Keris Yogyakarta telah menjadi simbol dari kebesaran budaya dan kearifan lokal. Dengan keunikan dan keindahannya, ia terus menjadi penanda yang mempesona dalam sejarah dan warisan budaya Nusantara.

Tags: , , , , , ,

Panji Nom HB V Garap Dalem Keraton

Berat 1500 gram
Kondisi Bekas
Dilihat 71 kali
Diskusi Belum ada komentar

Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.

Mohon maaf, form diskusi dinonaktifkan pada produk ini.
Produk Terkait

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah:

WhatsApp WhatsApp us