Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Admin PusakaKeris.com
● online
Admin PusakaKeris.com
● online
Halo, perkenalkan saya Admin PusakaKeris.com
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Buka jam 08.00 s/d jam 23.00
Beranda » Dhapur Putut » Pusaka Tindih Keris Putut Sajen Pamor Setro Banyu Asli Majapahit Kuno
click image to preview activate zoom

Pusaka Tindih Keris Putut Sajen Pamor Setro Banyu Asli Majapahit Kuno

Rp 1.250.000
KodePK207
Stok Habis
Kategori Dhapur Putut, Dhapur Putut Sajen, Katalog Produk, Keris, Keris Kuno, Keris Lurus, Keris Sepuh, Pamor Setro Banyu, Tangguh Majapahit, TOSAN AJI 3
Tentukan pilihan yang tersedia!
OUT OF STOCK
Maaf, produk ini tidak tersedia.
Bagikan ke

Pusaka Tindih Keris Putut Sajen Pamor Setro Banyu Asli Majapahit Kuno

Pusaka Tindih Keris Putut Sajen Pamor Setro Banyu Asli Majapahit Kuno

  • Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Putut
  • Pamor (motif lipatan besi) : Setro Banyu
  • Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Majapahit (Abad XIII)
  • Panjang Bilah : 24,7 cm
  • Warangka : Gayaman Surakarta Kayu Trembalo Kuno Bawaan Bilah
  • Kode : PK207

Dialih rawatkan (dimaharkan) Pusaka Tindih Keris Putut Sajen Pamor Setro Banyu Asli Majapahit Kuno sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.

Tentang Pusaka Tindih Keris Putut Sajen Pamor Setro Banyu Asli Majapahit Kuno

KERIS SAJEN atau SEKING atau keris MAJAPAHIT, adalah penamaan umum terhadap keris-keris sederhana, panjang sekitar sejengkal dan kebanyakan hulunya menyatu dengan bilahnya. Hulu keris juga terbuat dengan bahan logam sama seperti bilahnya, berupa gambaran manusia yang distilir.

Keris-keris yang digolongkan sajen kebanyakan hanya berpamor keleng, sanak atau mrambut atau era yang lebih muda berpamor banyu mili, singkir dll. Konon keris sajen memang dibuat khusus untuk keperluan upacara keagamaan atau upacara lain yang berkaitan dengan kekuatan alam gaib. Orang Jawa mempunyai keyakinan bahwa keris sajen mempunyai potensi melindungi sawah dan ladangnya dari hewan perusak Cara menjaga sawah atau ladangnya dari pagebluk (gagal panen) adalah melalui upacara bersih desa.

Dalam upacara ini disediakan sesaji, yaitu makanan untuk roh halus, roh yang dipuja dan dihormati. Di tengah ubo rampe diletakkan sebilah keris sajen. Apabila upacara tersebut sudah selesai keris sajen itu disajikan ke alam, dengan cara ditanam di pinggir atau di tengah sawah atau ladang. Sumber akurat lain, seperti Prasasti Poh (904 M) juga menyebut “keris” sebagai bagian dari sesaji yang perlu dipersembahkan. Meski demikian masih timbul pertanyaan apakah keris yang digunakan untuk keperluan sesaji tersebut memiliki bentuk rupa yang sama dengan keris yang telah dikenal sekarang ini?

Keris sajen, yang oleh buku tulisan orang Barat sering disebut keris “Pichit Majapahit”, pada umumnya memakai ganja iras dan memiliki hulu iras dalam bentuk sifat manusia. Ada yang berdiri membungkuk dengan menempatkan kedua belah tangan bersilang dada. Ada juga jenis hulu dalam posisi duduk sambil menempatkan kedua belah tangan ke atas lutut.

Ada pula keris sajen yang mempunyai hulu menghadap ke sebelah tanpa tangan dengan kepala berbentuk bujur dan leher yang panjang. Bentuk hulu terakhir ini ditengarai menyerupai bentuk nisan orang Islam. Dalam sebuah buku tulisan dalam Bahasa Denmark oleh Karsten Sejr Jensen yang berjudul Den Indonesiske Kris banyak menguraikan detail kelengkapan lain pada kepala.

Menurut pendapat Karsten, keris sajen yang memakai kuluk adalah menggambarkan seorang bangsawan atau putera Islam. Usianya ditengarai tidak begitu tua karena dibuat sekitar abad XVI. Kebanyakan keris sajen memakai penutup kepala dalam jenis topi yang berlekuk di tengah. Ini menggambarkan seorang bangsawan atau orang istana.

Ada juga yang memakai mahkota berbentuk menara gereja yang menggambarkan anak raja. Sedangkan hulu keris yang memakai sorban, menggambarkan seorang sami atau pendeta atau penasihat untuk anak raja. G.B. Gardner (1933), salah seorang warga negara Inggris yang telah 20 tahun lebih tinggal di tanah melayu menjelaskan pula apabila kepala hulu keris sajen jika dilihat dari bagian belakang menyerupai kepala ular sendok atau cobra, keris ini dipersembahkan kepada dewa ular.

Pada tahun 1842 saat pemugaran awal candi Borobudur, diketemukan bentuk keris (sajen) dengan hulu Puthut pada stupa utama Candi. Keris tersebut sekarang menjadi koleksi The National Museum of Ethnology (Leiden, The Netherlands) .

Pusaka Tindih Keris Putut Sajen Pamor Setro Banyu Asli Majapahit Kuno

Konon menurut pitutur orang-orang jaman dahulu, keris pichit majapahit/keris sajen/keris seking/keris pejetan dibuat menggunakan “besi kadewatan”. Mengapa besi kadewatan tersohor begitu awet? Meski tipis, namun terbukti sanggup bertahan lama (long lasting). Jika merujuk pada Kitab Jitapsara, manuskrip kuno mengenai babon kawruh keris Cirebon, maka satu-satunya bahan besi yang tertulis asal muasalnya dari alam kadewatan adalah besi Pulosani. Menurut kitab Jitabsara besi Pulosani dulunya disebut Besi Wuryan, nama ini mengandung arti besi yang berasal sejak munculnya ‘bangsa peri” (sebelum adanya bangsa manusia). Begitu tuanya asal muasal besi ini, maka secara geologi jika dicari letaknya, maka besi wuryan dari bangsa peri ini banyak terdapat di dasar bumi. Maka disebut sebagai besi Pulosani.

Masih dari kitab Jitapsara, tampilan fisik besi pulosani berwarna hitam kebiruan (nyamber lilen), seratnya halus seperti beludru. Disebut sebagai ratunya besi. Sifatnya sangat dingin, hanya bagus untuk dijadikan keris. Jika dibuat keris biasanya tanpa dicampur dengan besi lain, maka menurut kepercayaan orang jaman kuno, si pemilik keris dengan besi Pulosani biasanya “kajen kineringan ” (dihormati semua orang), dipercaya banyak orang, bagus untuk “nggayuh kalenggahan” (mencari kedudukan), menolak segala “pakarti” (hal/perkerjaan) yang jelek. Untuk makanannya adalah paruh burung pelatuk bawang, tulang burung perkutut semuanya digerus halus, dicampur dengan minya dedes/rase baru kemudian ditabur-taburkan.

Pusaka Tindih Keris Putut Sajen Pamor Setro Banyu Asli Majapahit Kuno

Ganja Iras Keris Putut Sajen

GANJA IRAS, atau ganja janggelan, sebutan bagi ganja keris yang menyatu dengan bilahnya. Pada keris ber-ganja iras, batas antara bagian sor-soran bilah keris dengan ganja-nya hanya berupa guratan/goresan dangkal. Keris ber-ganja iras pada umumnya sederhana bentuknya. Selain itu hal ini tentu secara penggarapan akan lebih masuk akal, jika seandainya bagian ganja dibuat terpisah lalu timbul pertanyaan bagaimana cara memasukka ganja-nya ke pesinya?

Pusaka Tindih Keris Putut Sajen Pamor Setro Banyu Asli Majapahit Kuno

Pusaka Keris Tindih Putut Sajen

KERIS TINDIH, sebutan bagi keris yang dianggap mempunyai tuah positif bagi para koletor tosan aji. Di kalangan pecinta keris sering ada anggapan bahwa di antara keris koleksinya mungkin ada yang karakternya kurang sesuai atau bahkan membawa pengaruh kurang baik, walau demikian dia merasa sayang untuk melarung atau memaharkan ke orang lain. Untuk menetralkan pengaruh-pengaruh negatif tersebut, biasanya para kolektor memiliki ‘keris tindih’. Keris tindih dianggap mempunyai magi yang dapat meredam segala pengaruh buruk dari keris lain. Dengan memiliki minimal satu atau beberapa keris tindih, akan menciptakan ruang aman dalam diri pemilik.

Umumnya keris tindih hampir selalu diberikan warangka sandang walikat, sebagain kecil diberikan gayaman, dan hampir tidak pernah ada yang diberikan warangka ladrang atau branggah. Selain itu untuk cara penyimpanannya juga khusus, dimana biasanya ditempatkan di bagian rak paling atas.

Filosofi Keris Putut Sajen

FILOSOFI, Antropomorfisme atau bentuk-bentuk manusia memang merupakan bentuk paling primitif, yang menurut para arkeolog, sudah dikenal sejak jaman ribuan tahun silam. Maka tidaklah mengherankan, jika bentuk “persembahan” atau sajen-sajen kuno pun masih mengacu mengikuti bentuk primitif ini.

Apa atau Siapakah Puthut itu? Istilah Puthut sebenarnya mengacu pada dunia ‘sanggar‘ yang digunakan Empu Prapanca dalam Pujasastra Nāgarakṛtāgama. Sanggar disini bukan berarti sanggar/kursus yang lazim kita kenal sekarang, semisal sanggar tari, sanggar senam atau sanggar-sanggar yang lain, tetapi ‘sanggar‘ dimaksud adalah tempat atau wadah pendidikan (panggonan ngangsu kawruh/nyantrik, Jw) keagamaan (Budha atau Hindu), atau yang dalam Islam dikenal pondok pesantren.

Puthut atau Putut = abdi (laki-laki) kepercayaan sang pendeta, selaku cantrik kepala yang dipercaya mengatur tugas-tugas para cantrik; bertugas merawat sanggar palanggatan, bertanggung-jawab mengatur, menata, merawat perlengkapan persembahyangan;

Sepertinya memang masih dapat dirunut benang merahnya antara ‘puthut dan sesajen’, karena memang tugas seorang puthut adalah asisten resi yang tugasnya memelihara kerapian dan kebersihan sanggar pamujaan (pertapaan), sekaligus juga menyiapkan ubo rampe untuk keperluan acara keagamaan.

Relief Puthut merupakan manifestasi dari roh para leluhur. Masyarakat pribumi asli Nusantara era pra Islam yang bila berjalan tanpa alas kaki, rambutnya disanggul di atas kepala mereka percaya sepenuhnya kepada roh-roh leluhur. Tradisi ini terus berlanjut, dimulai sejak kerajaan-kerajaan pertama di Jawa Tengah, Mataram kuno Jawa Tengah yang didirikan oleh Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya – tiada lain adalah Rahiyang Sanjaya dari Kerajaan Galuh yang berpusat di Ciamis Tatar Sunda. Roh leluhur tersebut diharapkan dan dimohon pertolongannya menjaga dan menjadi saksi serta merestui kutukan bagi mereka yang berani melanggar titah raja. Relief puthut juga dipercaya simbol kawula alit yang mempunyai semangat egaliter, memiliki kerendahan hati, kesungguhan untuk belajar, keihlasan dalam mengabdi dan tetap untuk selalu merendahkan hati.

Pusaka Tindih Keris Putut Sajen Pamor Setro Banyu Asli Majapahit Kuno

Pamor Setro Banyu Keris Putut Sajen

PAMOR SETRO BANYU, atau Pamor Ilining Warih (banyu mili), merupakan salah satu motif pamor yang bentuk gambarannya menyerupai garis-garis yang membujur dari pangkal bilah hingga ke ujung. Garis-garis pamor itu ada yang utuh, ada yang putus-putus, dan banyak juga yang bercabang. Garis yang berkelok-kelok itu seolah menampilkan kesan seperti gambaran air sedang mengalir. Symbol untuk kerejekian dan kesuksesan bagi pemiliknya, membawa situasi baru dan keluar dari masa sulit dalam kehidupannya. Seperti filosofi air yang selalu mengalir mencari jalannya sendiri dari Gunung hingga Samudera. Tak heran banyak Pecinta keris menggemari keris dengan pamor sederhana ini karena tuahnya.

Tags: , , , , , , , , , , , , ,

Pusaka Tindih Keris Putut Sajen Pamor Setro Banyu Asli Majapahit Kuno

Berat 1500 gram
Kondisi Bekas
Dilihat 4.719 kali
Diskusi Belum ada komentar

Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Produk Terkait

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
WhatsApp WhatsApp us