Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Admin PusakaKeris.com
● online
Admin PusakaKeris.com
● online
Halo, perkenalkan saya Admin PusakaKeris.com
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Buka jam 08.00 s/d jam 23.00
Beranda » Dhapur Lawu-Lawu » Keris Bugis Kuno Luk 7 Lawu Lawu
click image to preview activate zoom

Keris Bugis Kuno Luk 7 Lawu Lawu

Rp 6.555.000
KodeKAR
Stok Tersedia (1)
Kategori Dhapur Lawu-Lawu, Katalog Produk, Keris, Keris Luk 7, Keris Sepuh, Pamor Jung Isi Dunya, Tangguh Bugis, TOSAN AJI 1
Jenis : Keris Luk 7
Dhapur Lawu-Lawu (Pakem Jawa; Carubuk)
Pamor Jung Isi Dunyo
Tangguh Bugis Sepuh
Abad / Tahun : XV
Warangka : Khas Bugis
Bahan Warangka : Kayu sono keling
Pendok : -
Mendak : Kuningan
Panjang Bilah : 35 cm
Tentukan pilihan yang tersedia!
Pemesanan lebih cepat! Quick Order
Bagikan ke

Keris Bugis Kuno Luk 7 Lawu Lawu

Keris Bugis Kuno Luk 7 Lawu Lawu

Keris Bugis Kuno Luk 7 Lawu Lawu adalah salah satu pusaka peninggalan dari Bugis kuno yang masih bisa kita nikmati keindahan maha karyanya. Dalam catatan naskah kuno, keris khas Bugis dengan jumlah luk 7 disebut dengan nama Lawu-lawu. Keris ini tergolong sepuh dengan bilah yang masih sangat utuh. Pamor yang tergurat di sekujur bilahnya berpola indah dan menarik. Pamor dengan pola motif membentuk bulatan-bulatan kecil yang berada di dalam bulatan besar seperti ini disebut dengan Pamor Jung Isi Dunyo.

Pamor Jung Isi Dunyo dipercaya memiliki nilai esoteris memudahkan pemiliknya dalam mencari rejeki dan menumpuk kekayaan. “Jung Isi Dunyo” artinya “Kapal yang berisi harta benda”. “Jung” artinya Kapal dan “Dunyo” dalam bahasa Jawa artinya Dunia atau bisa juga berarti harta benda. Banyak pendapat yang menyebutkan bahwa istilah “Jung” berasal dari kata “Chuan” dalam bahasa Tionghoa yang artinya Perahu atau Kapal. Hanya saja perubahan pengucapan dari “Chuan” menjadi “Jung” tampaknya terlalu jauh dan yang lebih mendekati adalah “Jong” dalam bahasa Jawa yang artinya Kapal.

Kata “Jong” dapat ditemukan dalam prasasti Jawa kuno abat ke-9. Kata ini masuk bahasa Melayu pada abad ke-15, ketika daftar catatan kata-kata China mengidentifikasikannya sebagai kata Melayu untuk Kapal. Undang-undang laut Melayu yang disusun pada akhir abad ke-15 sering menggunakan kata “Jung” untuk menyebut Kapal pengangkut barang. Jadi dapat kita simpulkan, filosofi dari pamor “Jung Isi Dunyo” merupakan do’a atau harapan agar dalam kehidupannya pemilik Keris berpamor Jung Isi Dunyo bisa berlimpah harta benda dan kekayaan.

Keris sebagai simbol mental baja para lelaki Bugis

Manusia Bugis sejak lahir hingga menapaki kedewasaan dan menjalani kehidupan tak jauh dari besi. Bagi masyarakat Bugis, besi adalah salah satu pelengkap ritual kehidupan masyarakat.

Besi merupakan simbol dari kekuatan, kejantanan, nilai keperwiraan yang diantaranya terdapat pada polo besi. Dan keris, salah satu polo besi yang banyak dimiliki orang Sulawesi bukanlah senjata tajam belaka.

Ia juga senjata budaya pendamping jiwa, dia adalah benda seni, dia adalah senjata hati untuk menjadi orang yang lebih baik. Dan tuntunan nilai dalam kehidupan itu dapat ditemukan dalam sebuah polo bessi (tosan aji), pusaka, atau besi mulia.

Ada sebuah pepatah di Bugis yang melukiskan orang yang tidak fokus dalam hidupnya, seseorang yang tidak tuntas menunaikan tanggung jawabnya, karena itu dia dikatakan, dasar orang tak berbaja.

Polo bessi dapat difungsikan sebagai arsip untuk melihat kembali kandungan nilai-nilai tentang kepahlawanan, kekayaan, serta kekuasaan seperti lazimnya dicerminkan pada pola pamor dalam sebilah badik, keris, pedang, parang, atau tombak.

Keris ini begitu melekat sebagai senjata yang nyaris dimiliki setiap orang laki-laki Bugis. Dari nilai-nilai budaya yang melihat keberanian, kejantanan, dan kepahlawanan sebagai sesuatu yang baik dan layak dihormati.

Tidak heran jika hingga sekarang pun masih banyak laki-laki Bugis yang menyenangi, memiliki, dan membawa badik atau keris sebagai simbol sosial kultural untuk menjadi lelaki (hero).

Tradisi membuat senjata pusaka Bugis terus terjaga secara turun temurun di wilayah seperti Luwu, Sidrap, Pangkep, Barru, Soppeng, dan Bone. Komunitas pandai besi di Sulsel diperkirakan mencapai 1.000 orang.

Para pandai besi itu biasanya mengawali karier dengan secara berjenjang dari tingkat paling dasar, yakni badik hingga keris. Ambotuwo misalnya meski telah mengenal pekerjaan pandai besi sejak usia 11 tahun, dia baru membuat keris ketika hampir 20 tahun.

Pada abad ke 14, orang-orang Luwu mengeksploitasi besi sebagai peranti kehidupan. Kandungan besi dari Luwu yang lekat dengan meteorit dan nikel dikirim ke Kerajaan Nusantara, India, dan China.

Para empu keris di Trowulan (Jawa Timur) pusat kerajaan Majapahit mengagumi pamor keris yang dibuat dari besi kiriman asal Luwu. Terjadilah interaksi antara Kerajaan Majapahit dan Kedatuan Lawu hingga membuahkan varian baru dalam produk persenjataan. Semula orang Bugis hanya membuat dan mengenal badik, lalu kemudian membuat keris sebagai hasil akulturasi.

Tags: , , ,

Keris Bugis Kuno Luk 7 Lawu Lawu

Berat 1500 gram
Kondisi Bekas
Dilihat 125 kali
Diskusi Belum ada komentar

Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Produk Terkait

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah:

WhatsApp WhatsApp us