Buka jam 08.00 s/d jam 23.00
Beranda » Dhapur Tilam Upih » Keris Tilam Upih Pamor Telaga Membleng Tangguh Majapahit
click image to preview activate zoom

Keris Tilam Upih Pamor Telaga Membleng Tangguh Majapahit

KodeK190
Stok Habis
Kategori Dhapur Tilam Upih, Keris, Keris Kuno, Keris Sepuh, Pamor Telaga Membleng, Tangguh Majapahit, TOSAN AJI 3
Tentukan pilihan yang tersedia!
OUT OF STOCK
Maaf, produk ini tidak tersedia.
Bagikan ke

Keris Tilam Upih Pamor Telaga Membleng Tangguh Majapahit

Keris Tilam Upih Pamor Telaga Membleng Tangguh Majapahit

  • Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Tilam Upih
  • Pamor (motif lipatan besi) : Telaga Membleng
  • Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Majapahit Abad Ke 14 Masehi
  • Panjang Bilah : 33 cm
  • Warangka : Branggah Yogyakarta Kayu Jati
  • Handle / Gagang : Yogyakarta Bahan Kayu Jati
  • Pendok : Kuningan Jeglok Yogya
  • Mendak : Kuningan
  • Kode: K190

Dialih rawatkan (dimaharkan) Keris Tilam Upih Pamor Telaga Membleng Tangguh Majapahit sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.

Keistimewaan Keris Tilam Upih Pamor Telaga Membleng Tangguh Majapahit

Keris Tilam Upih Pamor Telaga Membleng Tangguh Majapahit Keris Tilam Upih Pamor Telaga Membleng Tangguh Majapahit

Tilam Upih simbol kesederhanaan, sedangkan pamor telaga membleng sebagai simbol menumpuk harta. Keris Tilam Upih Pamor Telaga Membleng ini mengandung filosofi bahwa dalam hal usaha tidak perlu terlihat, tidak butuh pujian, tidak gila jabatan, tidak perlu cari perhatian tetapi jelas hasilnya.

Dhapur Tilam Upih

Pusaka itu berdhapur “TILAM UPIH”, dhapur keris lurus Tilam Upih memang bisa dibilang paling populer dan banyak dijumpai. Keris ini banyak digunakan sebagai piandel (sipat kandel), tak heran banyak digunakan sebagai pusaka keluarga yang diberikan turun temurun. Mengapa sebuah keris pusaka turun temurun hanya dhapur dengan ricikan sederhana?

Keris pada masyarakat Jawa, sudah menjadi suatu benda sebagai pusaka turun temurun. Pusaka dalam kamus Bahasa Indonesia berarti sesuatu yang berharga dan memberikan manfaat. Di pulau Jawa pada masa feodal, pusaka adalah bagian legitimasi kekuasaan dan hanya pemilikan atas pusaka tersebut memberi seseorang legitimasi sebagai penguasa. Keris dapat bersifat tontonan (seni estetika) dan tuntunan (pandangan hidup, doa dan harapan). Keris sebagai suatu hasil karya kebudayaan dari masa lampau memiliki wujud dan pesan simbolik, perlambang dari doa atau pesan budi luhur yang disampaikan secara turun temurun antar generasi. Budaya Nusantara, umumnya lebih banyak ditemui dalam berbagai bentuk perlambang, simbol-simbol atau dengan visualisasi bentuk dibanding karya tulisan. Merawat keris dapat dikatakan sebagai merawat “doa dan harapan”. Namun demikian, manfaat atau limpahan kekuatan doa itu hanya diperoleh bagi mereka yang mengetahui makna atau pesan yang tersirat dalam wujud keris itu.

Keris dhapur Tilam Upih yang berbentuk lurus memiliki ricikan : Gandik Polos (pejetan dan tikel alis). meskipun sangat sederhana, sebagai sebuah pusaka, dhapur Tilam Upih memuat makna philosopis. Tilam Upih, sebagai lambang dari wanita. Maksudnya memperlakukan keris itu sama halnya dengan memperlakukan wanita (Wahyudi Agus, Serat Centhini 3 – Perjalanan Cebolang Meraih Ilmu Makrifat, Yogyakarta : Cakrawala, 2015, hal 356). Keris ini simbol kasih seorang Ibu yang tak pernah lekang jaman meskipun tak lagi mengalirkan air susu; kasih ibu sepanjang masa. Demikian pula belas kasih seorang Ayah kepada anak-anaknya dan seorang Suami bagi istrinya haruslah tidak pernah surut. Sesungguhnya keris Tilam Upih adalah sebuah simbol wanita yang senantiasa mengiringi simbol kejantanan. Itulah kenapa jika melihat secara maknawi, keris dhapur Tilam Upih memang pantas dianggap sebagai Pusaka Keluarga karena bersifat perempuan, penih simbol putri dan belas kasih. Jika diperluas lagi menjadi semangat belas kasih. Manusia harus mampu mengejawantahkan semangat belas kasih kepada sesamanya.

Pamor Telaga Membleng

Pamor Telaga Membleng, bentuknya menyerupai danau/telaga yang melingkar. Letaknya pada bagian pejetan, di belakang gandik. Tuahnya, penumpukan harta dan rejeki. Harta dan rejeki yang telah kita terima, akan sulit keluar lagi, kecuali untuk hal-hal yang bermanfaat. Tak heran pamor ini banyak diburu oleh para pedagang maupun pengusaha.

Telaga Membleng artinya danau/telaga yang airnya tertahan/tidak mengalir. Bentuk gambaran motif pamor Telaga Membleng sepintas lalu agak mirip dengan pamor Putri Kinurung. Terletak di bagian sor-soran, tepat di tengah blumbangan atau pejetan. Bentuknya menyerupai gambaran gelombang air disebuah telaga/danau.

Pamor ini tergolong pamor yang tidak pemilih, setiap orang akan merasa cocok bila memilikinya.

Keris Tilam Upih Pamor Telaga Membleng Tangguh Majapahit Keris Tilam Upih Pamor Telaga Membleng Tangguh Majapahit

Tangguh Majapahit

Daripada memiliki banyak keris/tombak, lebih baik hanya memiliki sebilah keris/tombak Majapahit. Itulah pepatah guyonan di kalangan kolektor perkerisan yang tentu saja terlalu menyangatkan atau memberi bobot berlebihihan pada keris tangguh Majapahit. Namun dalam kalimat bernada bercanda itu, ada makna lain yang mengandung kebenaran, Koleksi keris/tombak seorang kolektor baru bisa dikatakan lengkap bila sudah memiliki tangguh Majapahit – yang dianggap sebagai pancer atau panutan/masterpiece bentuk keris zaman sesudahnya.

Tangguh Majapahit mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut :

  • Tanting : enteng, karena bilahnya tipis
  • Besi : padat, semu nglei, tidak gampang keropos
  • Pamor : kebanyakan tidak abyor, sebagian besar di bagian odo-odo karena sap-sapan pamor cuman dua bekukan atau 16 sap, karenanya di bagian kruwingan pamornya habis
  • Baja : sedikit, karenanya keris Majapahit bila diurut rasanya empuk, tidak terasa keras
  • Bilah : sedang tidak besar, tidak kecil, tipis kebanyakan memakai odo-odo. Bila keris Majapahit bilahnya ada yang anglimpa, menjalin, wanda-nya metenteng berani, itu adalah buaan Empu Djigdja putra Tapan, yaitu Singkir
  • Gonjo : agak pendek, sirah cecak lancip gulu meled sedang tidak pendek maupun panjang. Keris buatan Empu Supa gonjo bregas (gagah), gendok (waduk) besar, sebit rontal, buntut urang mbuweg, wuwug agak mulu (mendungkul)
  • Gandik : besar, nglatak, jalen memotong gandik, tetapi itu keris Majapahit yang praja
  • Pejetan : agak sempit, sedikit mbata ngadeg dalam (batu bata berdiri)
  • Sogokan : gagah, luwes, dalam, ngendil, tidak berpamor. Tetapi untuk keris Majapahit tua, sogokannya agak panjang, terbawa cengkok Pajajaran
  • Odo-odo : ndering, tepiannya agak tajam
  • Kruwingan : dalam, bregas/gagah, terlebih buatan Pangeran Sendang, kruwingan-nya sampai hampir tembus sebaliknya
  • Luk : bregas, sedang, tidak kemba
  • Wadidang : luwes, sekar kacangnya pantas

Kesan besi dan pamor Majapahit akan dapat langsung dirasakan ketika menanting pusaka ini. Tantingannya yang sangat ringan, perawakannya yang ramping, terlebih besi yang berserat halus kebiruan semakin menegaskan trah Wilwatikta-nya. Untuk pamornya sendiri jika kita perhatikan pada bagian pejetannya saja dan menatap katas sudah mulai hilang ditelan jaman. Disajikan dengan warangka branggah khas yogyakarta yang semakin membuat penampilan keris ini nampak  ramping namun elegant.

Keris-keris yang berasal dari tangguh Wilawatikta ini banyak menjadi incaran banyak kolektor karena dianggap mempunyai perpaduan “garap dan isi” yang menyatu dalam komposisi dan harmonisasi yang pas. Material logam dan garap tempa lipat keris Majapahit dianggap lebih baik, begitu pula dengan angsar keris Majapahit dipercaya penggemar esoteri di atas rata-rata tangguh lainnya.

Tags: , , , , , , , , , , , , , ,

Keris Tilam Upih Pamor Telaga Membleng Tangguh Majapahit

Berat 1500 gram
Kondisi Baru
Dilihat 2.377 kali
Diskusi Belum ada komentar

Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Produk Terkait

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
WhatsApp WhatsApp us